Tanggal 26 Juni 2005 yang lalu, tim KAIL memfasilitasi sebuah penguatan kelompok untuk kaum muda dari YBDSI, Bandung. Acara ini merupakan akhir dari rangkaian acara untuk mempersiapkan mereka mengikuti acara YBDSI tingkat nasional yang akan berlangsung selama satu minggu, pada bulan Juli di Mega Mendung. Proses penguatan kelompok untuk kaum muda YBDSI ini dibangun lewat serangkaian permainan yang dapat menjadi sarana untuk membangun komunikasi, kerjasama, solidaritas sekaligus kreativitas peserta.
Acara dimulai dengan permainan untuk mengingat kembali nama teman, peserta diajak untuk berpikir cepat sekaligus konsentrasi dan mengingat nama temannya sambil bergerak. Kemudian, lewat permainan “jempol berwarna ...” para peserta dengan hebohnya belajar mendengarkan, konsentrasi, dan berpikir kreatif serta bergerak cepat. Bahkan peserta tidak segan-segan menempelkan dahinya di lantai, demi mengikuti permainan ini.
Dari kehebohan yang satu, mereka menuju kehebohan berikutnya, tanpa berkata-kata mereka belajar berkomunikasi lewat permainan bebek baris di jurang. Kemampuan berkomunikasi non verbal, kreativitas serta kepekaan dan kemauan berkorban dituntut di sini. Latihan ini ditingkatkan lagi dan ditambah aspek penyelesaian permasalahan dengan usaha mereka mengurai “human knot”. Ternyata peserta kali ini berhasil melakukannya dengan mulus. Keberhasilan ini membawa mereka pada tantangan berikutnya sebagai kelompok besar: bagaimana membuat jejak ‘darah’ dari telapak kaki mereka untuk membentuk cinta bersama dalam bentuk hati. Permainan Making Heart ini membuat peserta saling menggendong temannya untuk membuat jejak kaki di bagian atas hati. Bahkan peserta yang lain ikut membantu dengan memberikan ‘cap darah’ pada telapak kaki temannya, sehingga mempercepat proses pembuatan hati yang merupakan lambang cinta.
Terakhir, seluruh aspek yang telah dibangun diuji dengan “electric wire”. Bagaimana mereka bisa melewati tantangan itu bersama-sama dengan bergandengan tangan, tanpa mengorbankan teman yang menjadi buta dan bisu. Berkali-kali mereka gagal, dan mencoba berbagai strategi.
Dari berbagai permainan itu, para peserta acara ini belajar untuk melatih kerja sama, membangun komunikasi serta kepercayaan, dan meningkatkan kreativitas ketika memikirkan berbagai alternatif solusi dan strategi. Mereka juga mendapatkan nilai kepemimpinan, bahwa harus ada yang mengkoordinasikan dan mengatur, sehingga apa yang sudah mereka rencanakan dapat berlangsung dengan baik.
Terakhir acara ini ditutup dengan sebuah cerita mengenai hati yang sempurna. Mengenai seseorang yang mau memberikan hatinya kepada orang lain, meskipun ada kalanya ia terluka, namun selalu ada hati yang lain yang akan menyembuhkan luka itu. Berinteraksi dengan orang lain, membangun kepercayaan dan hubungan berarti juga memberikan hati, meskipun tetap ada kemungkinan akan terluka. Tetapi tanpa itu, hati itu tidak akan pernah berkembang.
(am & as)
No comments:
Post a Comment