Team Building Training untuk CV Primaco, Jakarta dan PT Median Unitama, Surabaya

Pada tanggal 14-17 Mei 2003 yang lalu di Bali, KaIL Surabaya berkesempatan untuk memfasilitasi gathering yang diadakan dalam rangka liburan seluruh jajaran Direksi dan karyawan CV Primaco dan PT Median Unitama. Tidak seperti gathering biasa yang sarat dengan kegiatan jalan-jalan saja, gathering ini diisi dengan sebuah kegiatan yang disebut dengan Team Building Training selama 3 hari.

Team building training adalah sebuah kegiatan yang melibatkan partisipasi aktif dari setiap partisipan untuk melihat, mengkritisi, mengevaluasi, dan selanjutnya menentukan langkah-langkah strategis yang diperlukan bagi terciptanya sebuah budaya perusahaan yang lebih baik.

Team building training yang diikuti oleh seluruh karyawan yakni dari jajaran Direksi hingga sopir CV Primaco dan PT Median Unitama tersebut, dibuka dengan perkenalan antar partisipan. Metode perkenalan dilakukan melalui permainan di mana setiap partisipan diminta untuk mencari pasangannya dengan menggunakan suara binatang. Setelah menemukan pasangannya, partisipan diminta untuk saling berkenalan yakni nama, umur, makanan favorit, setelah itu partisipan diminta untuk memperkenalkan pasangannya, bukan dirinya sendiri, kepada forum.

Usai perkenalan, masing-masing partisipan diminta mengemukakan harapan serta kekhawatiran yang dibayangkan akan terjadi dalam keseluruhan proses gathering ini. Harapan dan kekhawatiran ini selanjutnya menjadi dasar penetapan aturan main selama proses ini. Dengan adanya aturan main diharapkan seluruh harapan yang diinginkan partisipan dan fasilitator dapat terjadi, sekaligus mencegah terjadinya kekhawatiran yang dibayangkan.

Hari kedua proses gathering, partisipan diajak untuk terlibat dalam permainan-permainan yang cukup menantang. Selanjutnya partisipan diajak untuk lebih banyak mengkritisi fenomena-fenomena yang terlihat selama permainan tersebut dalam kaitan dengan konteks pekerjaan sehari-hari baik di dalam CV Primaco, Jakarta maupun PT Median Unitama.

Keseluruhan proses gathering ini ditutup pada hari ketiga dengan muncul sebuah aturan main yang dicetuskan oleh seorang partisipan, yang sehari-harinya bertugas sebagai seorang sopir. Namun menarik sekali ketika aturan main baru tersebut disetujui pula tidak

hanya oleh beberapa partisipan, bahkan oleh partisipan yang sehari-hari dalam pekerjaan bertindak sebagai jajaran manajer. Aturan main tersebut disepakati bersama untuk menjadi sebuah aturan main yang akan diberlakukan dalam lingkup perusahaan, sepulang mereka dari proses gathering ini. (Patty)