Monday, 6 June 2005

Pelatihan Teknik Membawakan Permainan di Kampung

Pada bulan April 2005, KaIL bekerjasama dengan UPC (Urban Poor Consortium) Jakarta, berkesempatan melakukan pelatihan teknik membawakan permainan bagi para kolektor tabungan di beberapa kampung dampingan. Bojong dan Pademangan merupakan dua kampung yang dijadikan titik pertemuan kampung.

Acara di setiap kampung dihadiri sekitar 10-15 orang dari berbagai kampung terdekat lainnya, seperti pelatihan yang dilakukan di Pademangan dihadiri oleh para kolektor tabungan (pemimpin komunitas yang bertugas mengorganisir kelompok tabungan yang antara lain mengumpulkan uang tabungan dari anggota kelompok) dari Tembok Bolong, Kebun Tebu, CBS (Cipinang Besar Selatan), serta Kalibaru.

Kegiatan diawali dengan sharing persoalan-persoalan yang dihadapi para kolektor tabungan dalam membawakan pertemuan-pertemuan kelompok tabungan selama ini. Persoalan yang terungkap adalah seputar kesulitan untuk mengumpulkan orang untuk diajak pertemuan.
Pertemuan kelompok tabungan dirasa membosankan karena topik pertemuan tidak lain hanyalah mengenai persoalan keuangan. Kesulitan lainnya adalah mengajak orang-orang kampung untuk bertahan cukup lama dalam pertemuan. Seringkali mereka terburu-buru meninggalkan pertemuan karena sibuk dengan urusan rumah dan anak.

Fasilitator mengajak para kolektor untuk kali ini memfokuskan persoalan pada kesulitan untuk mengumpulkan orang dalam pertemuan serta pertemuan kelompok tabungan yang dirasa membosankan.

Permainan dapat menjadi salah satu cara untuk mengajak orang menjadi berminat baik dalam menghadiri pertemuan tabungan sekaligus juga untuk bertahan lama mengikuti pertemuan tabungan, demikian penjelasan fasilitator. Permainan yang dimulai dengan hanya sedikit orang, namun dibawakan dengan cukup heboh dan menyenangkan akan menjadi daya tarik bagi orang-orang di sekitar tempat pertemuan tabungan untuk datang, melihat, dan selanjutnya untuk mengikuti pertemuan dengan sendirinya, tanpa perlu dipanggil atau diundang berkali-kali.

Proses selanjutnya fasilitator mengajak para kolektor untuk terlibat dalam apa yang dimaksud dengan permainan. Bukan hal yang mudah pula bagi fasilitator untuk membawakan permainan yang cukup sesuai dengan tujuannya yakni membuat suasana heboh serta membuat orang dapat bertahan cukup lama dalam pertemuan. Persoalan utama adalah tempat. Seperti kita ketahui bersama, amat sulit untuk menemukan tempat yang cukup luas di wilayah perkampungan-kota, yang memungkinkan setiap orang dapat bergerak dengan leluasa. Tantangan tersendiri tentunya bagi fasilitator untuk memilih permainan-permainan yang tidak memerlukan tempat luas namun tetap menyenangkan bagi setiap orang yang hadir.

Setelah semua orang terlibat dalam permainan, kemudian fasilitator meminta dua orang wakil dari partisipan untuk mencoba membawakan sebuah permainan di depan sesama kolektor. Kemudian para kolektor diajak untuk membagikan kesulitan-kesulitan yang dirasakan ketika membawakan permainan tersebut.

Uniknya, selain kolektor yang mencoba praktek membagikan kesulitan-kesulitan yang dirasakannya, pemberian umpan balik juga diberikan oleh teman-temannya yang lain, dari prosesnya mengamati ketika temannya sedang praktek.

Membawakan permainan adalah merupakan pertama kalinya bagi para kolektor ini, sehingga perasaan seperti tidak percaya diri, grogi, takut salah, dan kaku menjadi hal yang umumnya dirasakan oleh para kolektor ini. Namun, yang terpenting adalah para kolektor ini dapat merasakan betapa pentingnya membuat suasana pertemuan menjadi menarik dan menyenangkan, dan ternyata itu bukan persoalan sulit. Sesungguhnya itu lebih pada persoalan kebiasaan. Oleh karena itu di akhir kegiatan ini, kolektor berniat akan terus membiasakan diri dengan cara berlatih membawakan permainan-permainan yang lain dalam setiap pertemuan yang mereka adakan khususnya di kampung-kampung. Ok deh, selamat membiasakan diri ya, para kolektor.(Pty)

No comments:

Post a Comment